Sabtu, 09 Maret 2019

Formulasi Sediaan Vial Injeksi Amoxicillin


PEMBUATAN SEDIAAN DALAM VIAL
INJEKSI AMOKSISILIN

       I.            Tujuan
Dapat membuat dan mengevaluasi sediaan vial

    II.            Praformulasi
1.      Tinjauan Farmakologi
       Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, dan suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan kedalam kulit, melalui kulit atau selaput lendir. Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam dosis tunggal atau ganda.
(Farmakope Indonesia Edisi III ; hal 13)
      Vial adalah salah satu wadah atau bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5 ml – 100 ml. Vial dapat berupa takaran tunggal atau ganda. Digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 ml atau lebih besar. Bila diperdagangkan tutup ini ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan injeksi.
(R.Voight, 1994 hal 464)
      Larutan rekonstitusi adalah larutan yang berasal dari serbuk yang dilarutkan terlebih dahulu di dalam air sebagai pelarut sebelum digunakan. Bentuk sediaan rekonstitusi ini terutama digunakan untuk obat yang memiliki stabilitas terbatas di dalam pelarut air seperti golongan antibiotika.
Syarat-syarat larutan untuk direkonstitusi baik sediaan steril maupun non steril adalah:
·         Campuran serbuk harus homogen agar dosis tetap pada setiap pemberian obat.
·         Campuran serbuk harus larut secara sempurna di dalam air.
·         Larutan harus mudah dituang dan memiliki dosis yang tepat, sesuai dan sama.
·         Produk akhir haruslah memiliki penampilan yang dapat diterima, bau dan rasanya menarik.
      Amoksisilin sering diberikan dalam bentuk sediaan injeksi kering. Sediaan injeksi kering diformulasikan untuk senyawa- senyawa yang tidak stabil dalam bentuk larutan tapi stabil dalam bentuk kering, amoksisilin untuk pemberian injeksi diberikan dalam bentuk garamnya yaitu amoxicillin garamnya yaitu amoksisilin natrium. Namun, amoksisilin natrium bersifat higroskopik. Oleh sebab itu dalam formulasi ini dibuat dalam bentuk serbuk kering. Serbuk kering tidak bisa dimasukkan dalam bentuk ampul karena serbuk kering akan dilarutkan ketika akan digunakan. Oleh karena itu, digunakan vial sebagai wadahnya.
(Martindale hal 203)
      Menurut ISO Indonesia, sediaan serbuk kering amoksisilin natrium tersedia dalam dosis 500 dan 1000mg/vial. Menurut BNF, pemberian secara i.m diberikan 500mg tiap 8 jam. Sehingga konsentrasi yang digunakan tiap vial adalah 500mg/10ml. Amoksisilin natrium dalam aqua pro injeksi hanya stabil dalam 2 hari pada suhu 0°C. Amoksisilin natrium konsentrasi rendah lebih stabil daripada konsentrasi tinggi. Artinya, untuk konsentrasi yang digunakan pada formula ini kemungkinan sediaan ini tidak stabil kurang dari 2hari, atau hanya beberapa jam saja. Sehingga sediaan ini diberikan dalam dosis tunggal.

2.      Tinjauan Sifat Fisika Kimia Bahan Obat
v  Amoksisilin Natrium
                        Pemerian         : Serbuk berwarna putih atau hampir putih; sangat higroskopis.
                                                 (Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995, hlm. 97)
                        Kelarutan        : Sangat mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam alkohol;                                             sangat sukar larut dalam aseton; praktis tidak larut dalam                                                      kloroform dan eter.
                        Khasiat            : Antibiotik
                        Penyimpanan  : Disimpan dalam wadah kedap udara.
(The Pharmaceutical CODEX Twelfth Edition, 1994, hlm. 730)
                        Stabilitas         : Disimpan pada suhu rendah larutan amoksisilin natrium yang                                               tidak mengandung dapar paling stabil pada pH 5,8. Larutan                                                 amoksisilin natrium dalam dapar sitrat paling stabil pada pH 6,5.
(The Pharmaceutical CODEX Twelfth Edition, 1994, hlm. 730)
v  Natrium Dihidrogen Fosfat
Pemerian         : Serbuk kristal putih atau bergranul.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, 1994, hlm. 659)
                        Kelarutan        : Larut dalam air (1:1); sangat tidak larut dalam etanol 95 %.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, 1994, hlm. 659)
                        Stabilitas         : Stabil pH 9,1 untuk larutan anhidrat 1% b/v pada suhu 25 °C.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, 1994, hlm. 656)
Khasiat            : Pendapar
v  Dinatrium Hidrogen Fosfat
                        Pemerian         : Serbuk berwarna putih (anhidrat).
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, 1994, hlm. 656)
                        Kelarutan        : Sangat larut dalam air, terutama dalam air panas dan air                                                       mendidih; praktis tidak larut dalam etanol 95 %.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, 1994, hlm. 657)
                        Stabilitas         : Stabil pH 9,1 untuk larutan anhidrat 1% b/v pada suhu 25 °C.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, 1994, hlm. 656)
Khasiat            : Pendapar
v  Benzil Alkohol
                        Pemerian         : Larutan jernih, tidak berwarna; bau aromatik lemah; rasa
                                                  membakar tajam .
(The Pharmaceutical CODEX Twelfth Edition, 1994, hlm. 641)
                        Kelarutan        : Larut dalam air (1:25 pada suhu 25 °C dan 1:14 pada 90 °C);                                               larut dalam etanol, kloroform, dan eter.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, 1994, hlm. 642)
                        Stabilitas         : Harus disimpan dalam tempat yang sejuk; mendidih pada suhu                                            206°C tanpa penguraian . Stabil pada pH 7 – 9 (larutan 5% b/v).                                          Harus terlindung dari cahaya.
(Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995, hlm. 71)
Khasiat            : Pengawet antimikroba

3.      Cara Sterilisasi Masing-Masing Bahan
No
Nama Bahan
Cara Sterilisasi
1.
Amoksisilin Natrium
Sterilisasi sediaan dengan radiasi
2.
NaH2PO4
Oven pada suhu 170 °C selama 1 jam
3.
Na2HPO4
4.
Benzil alkohol
Autoklaf pada suhu 121 °C selama 15 menit
5.
Aqua pro injection

4.      OTT
-

5.      Cara Penggunaan Sediaan
Digunakan dengan cara menyuntikkan ke dalam otot ( intramuskular / i.m )

 III.            Formulasi
1.      Permasalahan dan Penyelesaian
·         Permasalahan : amoksisilin tidak stabil dalam bentuk larutan
Penyelesaian : amoksisilin dibuat dalam bentuk serbuk kering
·         Permasalahan : amoksisilin diberikan dalam bentuk injeksi
Penyelesaian : digunakan amoksisilin berupa garamnya yaitu amoksisilin                             natrium
·         Permasalahan : amoksisilin dibuat dalam bentuk serbuk kering yang harus                            dilarutkan terlebih dahulu dengan air
Penyelesaian : dibuat dalam bentuk sediaan vial
·         Permasalahan : amoxicillin dalam aqua pro injeksi hanya stabil dalam 2 hari                         atau beberapa jam saja
Penyelesaian : dibuat vial dalam dosis tunggal

2.      Formula Standar dan Formula yang akan Dibuat
R/  Amoksisilin Natrium   5%
      NaH2PO4                   0,06435%
      Na2HPO4                   0,61857%
      Benzil alkohol             0,1 %
      Aqua pro injection      Ad 100 mL

3.      Perhitungan Tonisitas
-
4.      Perhitungan Berat dan Volume Sediaan yang akan Dibuat
Jumlah larutan pembawa yang dibuat : 6 ampul @ 10 mL
Volume terpindahkan tiap botol : 0,5 mL
(Farmakope Indonesia edisi IV, 1995,hal.1044)
Total larutan pembawa : 100 mL
 6 ampul x 10 mL = 60 mL
 Volume terpindahkan 6 x 0,5 mL = 3 mL

5.      Perhitungan Bahan
Untuk penimbangan komponen serbuk rekonstitusi dalam 60 mL larutan pembawa (6ampul x 10 mL), massa zat aktif dan dapar fosfat masing-masing ditambah 10% dari massa yang dibutuhkan.
No
Nama Bahan
Jumlah Yang Ditimbang
1.
Amoksisilin Natrium
3,3 g
2.
NaH2PO4
0,03861 g
3.
Na2HPO4
0,37114 g
4.
Benzil alkohol
0,1 mL
5.
Aqua pro injection
Ad 100 mL


6.      Cara Pembuatan Sediaan
v  Pembuatan Serbuk Dalam Vial (dikerjakan pada LAF)
a.       Amoksisilin natrium digerus dalam mortar sampai halus.
b.      Ke dalam serbuk amoksisilin natrium, ditambahkan dapar fosfat lalu diaduk secara homogen.
c.       Serbuk yang berisi zat aktif dan dapar tersebut ditimbangsebanyak jumlah  zat aktif dan dapar per vial yaitu 0,6 g ke dalam masing-masing vial.
d.      Vial ditutup sementara dengan menggunakan aluminium foil.
v  Pembuatan Larutan Dalam Ampul
a.       Benzil alkohol dilarutkan dengan air sedikit demi sedikit sampai volumenya mencapai 100 mL dalam gelas kimia 250mL (hingga mencapai tanda).
b.      Larutan diaduk dengan menggunakan batang pengaduk hingga tercampur secara merata.
c.       Larutan disaring dengan membran filter 0,22 μm ke dalam gelas kimia 250 mL steril sebanyak dua kali.
d.       Buret steril dibilas dengan aqua p.i hingga tidak ada sisaalkohol, kemudian buret dibilas dengan larutan pembawa secukupnya.
e.       Larutan dimasukkan ke dalam buret steril, bagian atas buret ditutup dengan aluminium foil.
f.       Dua tetes pertama larutan dibuang untuk menghindari masuknya alkohol ke dalam ampul.
g.      Isi 6 ampul 10 mL dengan 10,5 mL larutan, tutup ujung ampul dengan aluminium foil.
h.      Sterilisasi akhir pelarut dilakukan dengan autoklaf 121 °C selama 15 menit

7.      Cara Sterilisasi Sediaan
Vial dilakukan sterilisasi secara aseptis dengan dikerjakan pada LAF
Ampul disterilisasi dengan autoklaf 121 °C selama 15 menit


 IV.            Pelaksanaan
1.      Penyiapan Alat
No
Alat
Jumlah
Cara Sterilisasi
Waktu
1.
Erlenmeyer
3
Oven pada suhu 170 °C

60 menit
2.
Batang pengaduk
1
3.
Kaca arloji
3
4.
Spatel
3
5.
Corong
1
6.
Pinset
1
7.
Buret
1

8.
Penyaring membran filter
2
9.
Vial

Autoklaf pada suhu 121 °C
15menit
10.
Ampul

11.
Gelas ukur
1
12.
Pipet tetes
1
13.
Karet pipet tetes
1
Direbus
30 menit

2.      Pencucian Dan Pembungkusan Alat
Alat Gelas
a.       Alat gelas direndam dalam larutan teepol 0,5%, kemudian direbus.
b.      Alat tersebut disikat sampai bersih (alat setelah disikat, dibilas dengan air kran yang mengalir sebanyak 3 kali).
c.       Alat dibilas dengan air bebeas pirogen sebanyak 3 kali.
d.      Alat dikeringkan dalam oven suhu ±100°C dengan keadaan terbalik.
e.       Alat yang telah dikeringkan dilakukan pengecekan terhadap noda, apabila masih kotor dilakukan pencucian lagi.
f.       Alat yang bersih dan kering kemudian dibungkus rangkap 2 dan dilakukan sterilisasi menggunakan metode yang cocok.
Alat Karet
a.       Karet direbus dengan teepol 1% dan Na2CO3 1% selama 15menit.
b.      Dibilas dan dibersihkan dengan cara disikat dengan air mengalir.
c.       Dibilas dengan HCl 2% dan dibilas dengan aqua p.i.
Alat Alumunium
a.       Alat alumunium didihkan dengan larutan teepol / detergen selama 10menit.
b.      Alat dibilas dengan aqua dest panas mengalir.
c.       Alat didihkan dalam air kran selama 15 menit.
d.      Dibilas dengan air kran sebanyak 3 kali.
e.       Alat didihkan dalam aqua dest selama 15menit.
f.       Dibilas dengan aqua dest sebanyak 3 kali.
g.      Dikeringkan terbalik dalam oven pada suhu 100°C sampai kering.
h.      Alat dibungkus dengan rangkap 2 dan disterilkan dengan oven pada suhu 180°C selama 30menit.

3.      Sterilisasi Alat
-

4.      Cara Evaluasi Sediaan
Uji PH
a.       Teteskan sediaan pada plat tetes yang bersisi indikator universal
b.      Amati perubahan warnanya

Uji Keseragaman Bobot
a.       Keluarkan serbuk dalam vial, kemudian ditimbang
b.      Bobot isi wadah tidak boleh menyimpang dari batas yang tertera, kecuali satu wadah yang boleh menyimpang tidak lebih dari 2 kali btas dari yang tertera

Uji Keseragaman Volume
a.       Diambil vial yang telah direkonstruksi dengan pelarut
b.      Diambil isi dari vial tersebut menggunakan spuit
c.       Baca volume yang tertera pada spuit

Uji Kejernihan
a.       Diperiksa wadah dengan dilihat pada latar belakang berwarna hitam
b.      Disinari dari samping jika terdapat partikel yang melayang berarti sediaan tidak jernih, begitu pula sebaliknya.

Uji Kebocoran
a.       Dimasukan larutan methylen blue (0,5 – 1,0 %) pada beakerglass yang sudah dialasi kapas
b.      Masukan vial dalam larutan methylen dengan posisi terbalik
c.       Divacum selama 15menit di autoklaf
d.      Dilihat jika berwarna biru pada larutan berarti vial bocor


    V.            Daftar Pustaka
Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi 3, Depkes RI, Jakarta.
Depkes RI, Farmakope Indonesia Edisi 4, Depkes RI, Jakarta.
Voight, R, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, UGM, Yogyakarta.
Departemen of Pharmaceutical Sciences, 1982, Martindale Jilid III, Departemen of Pharmaceutical Sciences ,London.
The Pharmaceutical Press, 1994, Handbook Of Pharmaceutical Excipients, The Pharmaceutical Press ,London.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar