PEMBUATAN
SEDIAAN DALAM VIAL
INJEKSI
AMOKSISILIN
I.
Tujuan
Dapat
membuat dan mengevaluasi sediaan vial
II.
Praformulasi
1.
Tinjauan Farmakologi
Injeksi adalah sediaan steril berupa
larutan, emulsi, dan suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan dengan cara
merobek jaringan kedalam kulit, melalui kulit atau selaput lendir. Injeksi
diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat ke
dalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam dosis
tunggal atau ganda.
(Farmakope Indonesia Edisi III
; hal 13)
Vial adalah salah satu wadah atau bentuk
sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas
atau volume 0,5 ml – 100 ml. Vial dapat berupa takaran tunggal atau ganda.
Digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume
sebanyak 5 ml atau lebih besar. Bila diperdagangkan tutup ini ditutup dengan
sejenis logam yang dapat dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi untuk
menghisap cairan injeksi.
(R.Voight, 1994 hal 464)
Larutan rekonstitusi adalah
larutan yang berasal dari serbuk yang dilarutkan terlebih dahulu di dalam air
sebagai pelarut sebelum digunakan. Bentuk sediaan rekonstitusi ini terutama
digunakan untuk obat yang memiliki stabilitas terbatas di dalam pelarut air
seperti golongan antibiotika.
Syarat-syarat larutan untuk direkonstitusi baik sediaan steril maupun
non steril adalah:
·
Campuran serbuk harus homogen
agar dosis tetap pada setiap pemberian obat.
·
Campuran serbuk harus larut
secara sempurna di dalam air.
·
Larutan harus mudah dituang dan
memiliki dosis yang tepat, sesuai dan sama.
·
Produk akhir haruslah memiliki
penampilan yang dapat diterima, bau dan rasanya menarik.
Amoksisilin sering diberikan dalam bentuk
sediaan injeksi kering. Sediaan injeksi kering diformulasikan untuk senyawa-
senyawa yang tidak stabil dalam bentuk larutan tapi stabil dalam bentuk kering,
amoksisilin untuk pemberian injeksi diberikan dalam bentuk garamnya yaitu
amoxicillin garamnya yaitu amoksisilin natrium. Namun, amoksisilin natrium
bersifat higroskopik. Oleh sebab itu dalam formulasi ini dibuat dalam bentuk
serbuk kering. Serbuk kering tidak bisa dimasukkan dalam bentuk ampul karena
serbuk kering akan dilarutkan ketika akan digunakan. Oleh karena itu, digunakan
vial sebagai wadahnya.
(Martindale hal 203)
Menurut ISO Indonesia, sediaan serbuk
kering amoksisilin natrium tersedia dalam dosis 500 dan 1000mg/vial. Menurut
BNF, pemberian secara i.m diberikan 500mg tiap 8 jam. Sehingga konsentrasi yang
digunakan tiap vial adalah 500mg/10ml. Amoksisilin natrium dalam aqua pro
injeksi hanya stabil dalam 2 hari pada suhu 0°C. Amoksisilin natrium
konsentrasi rendah lebih stabil daripada konsentrasi tinggi. Artinya, untuk
konsentrasi yang digunakan pada formula ini kemungkinan sediaan ini tidak
stabil kurang dari 2hari, atau hanya beberapa jam saja. Sehingga sediaan ini
diberikan dalam dosis tunggal.
2.
Tinjauan Sifat Fisika Kimia Bahan Obat
v Amoksisilin
Natrium
Pemerian : Serbuk berwarna putih atau hampir
putih; sangat higroskopis.
(Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995,
hlm. 97)
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air;
agak sukar larut dalam alkohol; sangat sukar larut dalam aseton; praktis
tidak larut dalam kloroform dan eter.
Khasiat
: Antibiotik
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah kedap udara.
(The Pharmaceutical CODEX
Twelfth Edition, 1994, hlm. 730)
Stabilitas
: Disimpan
pada suhu rendah larutan amoksisilin natrium yang tidak mengandung dapar paling stabil pada pH
5,8. Larutan amoksisilin natrium dalam dapar sitrat paling
stabil pada pH 6,5.
(The
Pharmaceutical CODEX Twelfth Edition, 1994, hlm. 730)
v Natrium Dihidrogen Fosfat
Pemerian : Serbuk kristal putih atau bergranul.
(Handbook
of Pharmaceutical Excipients, 1994, hlm. 659)
Kelarutan
: Larut dalam air (1:1); sangat
tidak larut dalam etanol 95 %.
(Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 1994, hlm. 659)
Stabilitas : Stabil pH 9,1 untuk larutan anhidrat
1% b/v pada suhu 25 °C.
(Handbook
of Pharmaceutical Excipients, 1994, hlm. 656)
Khasiat : Pendapar
v Dinatrium Hidrogen Fosfat
Pemerian : Serbuk berwarna putih (anhidrat).
(Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 1994, hlm. 656)
Kelarutan : Sangat larut dalam air, terutama dalam
air panas dan air mendidih; praktis tidak larut dalam etanol 95
%.
(Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 1994, hlm. 657)
Stabilitas : Stabil pH 9,1 untuk larutan anhidrat
1% b/v pada suhu 25 °C.
(Handbook
of Pharmaceutical Excipients, 1994, hlm. 656)
Khasiat : Pendapar
v Benzil Alkohol
Pemerian : Larutan jernih, tidak berwarna; bau
aromatik lemah; rasa
membakar tajam .
(The Pharmaceutical CODEX
Twelfth Edition, 1994, hlm. 641)
Kelarutan : Larut dalam air (1:25 pada suhu 25 °C
dan 1:14 pada 90 °C); larut dalam etanol, kloroform, dan eter.
(Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 1994, hlm. 642)
Stabilitas : Harus disimpan dalam tempat yang
sejuk; mendidih pada suhu 206°C tanpa penguraian . Stabil pada pH 7 – 9
(larutan 5% b/v). Harus terlindung dari cahaya.
(Farmakope
Indonesia Edisi IV, 1995, hlm. 71)
Khasiat : Pengawet antimikroba
3. Cara
Sterilisasi Masing-Masing Bahan
|
No
|
Nama Bahan
|
Cara Sterilisasi
|
|
1.
|
Amoksisilin Natrium
|
Sterilisasi sediaan dengan radiasi
|
|
2.
|
NaH2PO4
|
Oven pada suhu 170 °C selama 1 jam
|
|
3.
|
Na2HPO4
|
|
|
4.
|
Benzil alkohol
|
Autoklaf pada suhu 121 °C selama 15 menit
|
|
5.
|
Aqua pro injection
|
4. OTT
-
5. Cara Penggunaan Sediaan
Digunakan dengan cara menyuntikkan ke dalam otot (
intramuskular / i.m )
III.
Formulasi
1.
Permasalahan dan Penyelesaian
·
Permasalahan : amoksisilin tidak stabil dalam bentuk
larutan
Penyelesaian : amoksisilin dibuat dalam bentuk serbuk
kering
·
Permasalahan : amoksisilin diberikan dalam bentuk injeksi
Penyelesaian : digunakan amoksisilin berupa garamnya
yaitu amoksisilin natrium
·
Permasalahan : amoksisilin dibuat dalam bentuk serbuk
kering yang harus dilarutkan terlebih dahulu dengan air
Penyelesaian : dibuat dalam bentuk sediaan vial
·
Permasalahan : amoxicillin dalam aqua pro injeksi hanya
stabil dalam 2 hari atau beberapa jam saja
Penyelesaian : dibuat vial dalam dosis tunggal
2.
Formula Standar dan Formula yang akan Dibuat
R/ Amoksisilin
Natrium 5%
NaH2PO4 0,06435%
Na2HPO4 0,61857%
Benzil
alkohol 0,1 %
Aqua
pro injection Ad 100 mL
3. Perhitungan Tonisitas
-
4.
Perhitungan Berat dan Volume
Sediaan yang akan Dibuat
Jumlah larutan pembawa yang dibuat : 6 ampul @ 10 mL
Volume terpindahkan tiap botol : 0,5 mL
(Farmakope Indonesia edisi IV,
1995,hal.1044)
Total larutan pembawa : 100 mL
6 ampul x 10 mL = 60 mL
Volume terpindahkan 6 x 0,5 mL
= 3 mL
5. Perhitungan Bahan
Untuk penimbangan komponen serbuk rekonstitusi dalam 60 mL larutan
pembawa (6ampul x 10 mL), massa zat aktif dan dapar fosfat masing-masing
ditambah 10% dari massa yang dibutuhkan.
|
No
|
Nama Bahan
|
Jumlah Yang Ditimbang
|
|
1.
|
Amoksisilin Natrium
|
3,3 g
|
|
2.
|
NaH2PO4
|
0,03861 g
|
|
3.
|
Na2HPO4
|
0,37114 g
|
|
4.
|
Benzil alkohol
|
0,1 mL
|
|
5.
|
Aqua pro injection
|
Ad 100 mL
|
6.
Cara Pembuatan Sediaan
v Pembuatan Serbuk Dalam Vial (dikerjakan pada LAF)
a.
Amoksisilin natrium digerus dalam
mortar sampai halus.
b.
Ke dalam serbuk amoksisilin
natrium, ditambahkan dapar fosfat lalu diaduk secara homogen.
c.
Serbuk yang berisi zat aktif dan
dapar tersebut ditimbangsebanyak jumlah
zat aktif dan dapar per vial yaitu 0,6 g ke dalam masing-masing vial.
d.
Vial ditutup sementara dengan
menggunakan aluminium foil.
v Pembuatan Larutan Dalam Ampul
a.
Benzil alkohol dilarutkan dengan
air sedikit demi sedikit sampai volumenya mencapai 100 mL dalam gelas kimia
250mL (hingga mencapai tanda).
b.
Larutan diaduk dengan menggunakan
batang pengaduk hingga tercampur secara merata.
c.
Larutan disaring dengan membran
filter 0,22 μm ke dalam gelas kimia 250 mL steril sebanyak dua kali.
d.
Buret steril dibilas dengan aqua p.i hingga
tidak ada sisaalkohol, kemudian buret dibilas dengan larutan pembawa
secukupnya.
e.
Larutan dimasukkan ke dalam buret
steril, bagian atas buret ditutup dengan aluminium foil.
f.
Dua tetes pertama larutan dibuang
untuk menghindari masuknya alkohol ke dalam ampul.
g.
Isi 6 ampul 10 mL dengan 10,5 mL
larutan, tutup ujung ampul dengan aluminium foil.
h.
Sterilisasi akhir pelarut
dilakukan dengan autoklaf 121 °C selama 15 menit
7.
Cara Sterilisasi Sediaan
Vial dilakukan sterilisasi secara aseptis dengan dikerjakan pada LAF
Ampul disterilisasi dengan autoklaf 121 °C selama 15 menit
IV.
Pelaksanaan
1.
Penyiapan Alat
|
No
|
Alat
|
Jumlah
|
Cara Sterilisasi
|
Waktu
|
|
1.
|
Erlenmeyer
|
3
|
Oven pada suhu 170 °C
|
60 menit
|
|
2.
|
Batang pengaduk
|
1
|
||
|
3.
|
Kaca arloji
|
3
|
||
|
4.
|
Spatel
|
3
|
||
|
5.
|
Corong
|
1
|
||
|
6.
|
Pinset
|
1
|
||
|
7.
|
Buret
|
1
|
|
|
|
8.
|
Penyaring membran filter
|
2
|
||
|
9.
|
Vial
|
|
Autoklaf pada suhu 121 °C
|
15menit
|
|
10.
|
Ampul
|
|
||
|
11.
|
Gelas ukur
|
1
|
||
|
12.
|
Pipet tetes
|
1
|
||
|
13.
|
Karet pipet tetes
|
1
|
Direbus
|
30 menit
|
2.
Pencucian Dan Pembungkusan Alat
Alat Gelas
a.
Alat gelas direndam dalam larutan
teepol 0,5%, kemudian direbus.
b.
Alat tersebut disikat sampai
bersih (alat setelah disikat, dibilas dengan air kran yang mengalir sebanyak 3
kali).
c.
Alat dibilas dengan air bebeas
pirogen sebanyak 3 kali.
d.
Alat dikeringkan dalam oven suhu
±100°C dengan keadaan terbalik.
e.
Alat yang telah dikeringkan
dilakukan pengecekan terhadap noda, apabila masih kotor dilakukan pencucian
lagi.
f.
Alat yang bersih dan kering
kemudian dibungkus rangkap 2 dan dilakukan sterilisasi menggunakan metode yang
cocok.
Alat Karet
a.
Karet direbus dengan teepol 1%
dan Na2CO3 1% selama 15menit.
b.
Dibilas dan dibersihkan dengan
cara disikat dengan air mengalir.
c.
Dibilas dengan HCl 2% dan dibilas
dengan aqua p.i.
Alat Alumunium
a.
Alat alumunium didihkan dengan
larutan teepol / detergen selama 10menit.
b.
Alat dibilas dengan aqua dest
panas mengalir.
c.
Alat didihkan dalam air kran
selama 15 menit.
d.
Dibilas dengan air kran sebanyak
3 kali.
e.
Alat didihkan dalam aqua dest
selama 15menit.
f.
Dibilas dengan aqua dest sebanyak
3 kali.
g.
Dikeringkan terbalik dalam oven
pada suhu 100°C sampai kering.
h.
Alat dibungkus dengan rangkap 2
dan disterilkan dengan oven pada suhu 180°C selama 30menit.
3.
Sterilisasi Alat
-
4.
Cara Evaluasi Sediaan
Uji PH
a.
Teteskan sediaan pada plat tetes
yang bersisi indikator universal
b.
Amati perubahan warnanya
Uji Keseragaman Bobot
a.
Keluarkan serbuk dalam vial,
kemudian ditimbang
b.
Bobot isi wadah tidak boleh
menyimpang dari batas yang tertera, kecuali satu wadah yang boleh menyimpang
tidak lebih dari 2 kali btas dari yang tertera
Uji Keseragaman Volume
a.
Diambil vial yang telah
direkonstruksi dengan pelarut
b.
Diambil isi dari vial tersebut
menggunakan spuit
c.
Baca volume yang tertera pada
spuit
Uji Kejernihan
a.
Diperiksa wadah dengan dilihat
pada latar belakang berwarna hitam
b.
Disinari dari samping jika
terdapat partikel yang melayang berarti sediaan tidak jernih, begitu pula
sebaliknya.
Uji Kebocoran
a.
Dimasukan larutan methylen blue
(0,5 – 1,0 %) pada beakerglass yang sudah dialasi kapas
b.
Masukan vial dalam larutan
methylen dengan posisi terbalik
c.
Divacum selama 15menit di
autoklaf
d.
Dilihat jika berwarna biru pada
larutan berarti vial bocor
V.
Daftar Pustaka
Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi 3, Depkes RI,
Jakarta.
Depkes RI, Farmakope Indonesia Edisi 4, Depkes RI, Jakarta.
Voight, R, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, UGM,
Yogyakarta.
Departemen of Pharmaceutical
Sciences, 1982, Martindale Jilid III,
Departemen of Pharmaceutical Sciences ,London.
The Pharmaceutical Press, 1994, Handbook Of Pharmaceutical Excipients,
The Pharmaceutical Press ,London.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar