1.
Sejarah Penemuan Phenylketonuria
Phenylketonuria pertama kali
dilaporkan oleh seorang dokter asal Norwegia, Asbjorn Folling. Pada tahun 1934,
Folling menguji urin anak yang mendertita gangguan intelektual untuk menemukan
zat yang terkandung di dalamnya termasuk keton. Kemudian dilakukan analisis
lebih dalam dengan ekstraksi organik dan purifikasi serta penentuan titik
didih. Tidak adanya perubahan titik didih setelah pencampuran senyawa tersebut
dengan asam phenylpyruvic mengkonfirmasi bahwa senyawa tersebut adalah phenylpyruvic
acid.3 Folling kemudian
memeriksakan sampel urin 430 pasien dengan gangguan intelektual dan 8
diantaranya menderita beberapa gejala seperti bahu lebar, gaya jalan spastik,
serta gangguan intelektual berat. Hasil analisis keluarga mengindikasikan bahwa
penyakit tersebut diturunkan secara autosomal resesif, dipublikasi dengan nama imbecillitas
phenylpyruvica yang kemudian menjadi phenylketonuria.
Jervis menemukan hambatan metabolik
dan defisiensi enzim pada penyakit tersebut. Ditemukan pula hubungan antara
pengurangan konsumsi makanan yang mengandung phenylalanine dengan perbaikan prognosis. Robert Guthrie, seorang
ahli anak Kanada mengembangkan tes skrining untuk PKU. Pada akhir 1970-an
penelitian biomolekuler PKU mulai dilakukan.
(LIONG
BOY KURNIAN)
2.
Pengertian Phenylketonurea
Phenylketonuria atau
PKU ialah suatu penyakit yang disebabkan karena seseorang tidak mampu merubah
asam amino fenilalanin menjadi tirosin. Ketidakmampuan merubah asam amino
fenilalanin menjadi tirosin disebabkan karena penderita tidak memiliki enzim fenilalanin
hidroksilase (PAH) yang berfungsi merubah asam amino fenilalanin menjadi asam
amino tirosin. Fenilalanin yang bersumber dari protein makanan akan terakumulasi
dan menyebabkan kekurangan tirosin. Fenilalanin yang berlebihan dapat
dimetabolisme menjadi phenylketones (Suryo,2005).
Phenylketonuria adalah
kondisi dimana kerusakan metabolik yang mempengaruhi sistem tubuh dalam memecah
protein terjadi. Phenylketonuria disebabkan karena gen pada kromosom 12
mengalami mutasi. Gen pengkode protein yang disebut PAH atau phenylalanin hydroxylase
adalah sebuah enzim dalam liver. Enzim ini bertugas memecah asam amino
fenilalanin menjadi produk lain yang dibutuhkan tubuh, yaitu tirosin. Pada saat
gen ini termutasi, bentuk dari enzim PAH berubah dan menjadi tidak mampu untuk
memecah fenilalanin dengan tepat. Fenilalanin yang tak dapat dipecah tubuh
akhirnya terakumulasi dalam aliran darah dan menjadi racun dalam otak. Sebagai
akibat tidak terurainya fenilalanin menjadi tirosin, maka tertimbunlah
fenilalanin dalam hati dan kelebihannya akan masuk dalam peredaran darah serta
diedarkan ke seluruh tubuh (Suryo, 2003).
Kelebihan fenilalanin
dan asam fenilpiruvat dikeluarkan oleh ginjal bersama-sama dengan air kencing (urine).
Urine orang yang mengidap fenilketonuria (biasanya disingkat dengan PKU, asal
dari phenylketonuria) mengandung 300 – 1000 mg fenilalanin per 100 ml, sedangkan
pada orang normal hanya sekitar 30 mg fenilalanin per 100 ml. Plasma darah
penderita PKU mengandung 15 – 65 mg fenilalanin per 100 ml, sedang pada orang normal
hanya 1 – 2 mg fenilalanin per 100 ml. Pengandungan fenilalanin yang berlebihan
dalam darah itu mengganggu perkembangan dan pekerjaan otak, karena itu
penderita PKU mengalami kelemahan mental dan pigmentasi rambut biasanya
berkurang (Suryo,2005).
(FAUZI)
3. Biokimia dan Metabolisme Phenylketonurea
Phenylalanine memiliki 2 bentuk, yaitu D dan
L-phenylalanine yang merupakan asam
amino esensial yang diperlukan untuk sintesis protein pada manusia. Kadar phenylalanine dipertahankan dalam kadar
relatif stabil. Diet mengandung phenylalanine
serta daur ulang asam amino endogen menjadi sumber utama phenlalanine; penggunaan phenylalanine
terjadi melalui integrasi protein, oksidasi menjadi tyrosine, ataupun menjadi senyawa lain.
Konversi phenylalanine
menjadi tyrosine terjadi melalui
sistem hidroksilasi yang melibatkan PAH, kofaktor pterin tidak terkonjugasi,
BH4, dihydropterine reduktase, dan 4α-carbinolamine dehydratase.
Enzim PAH
mengkatalisis hidroksilasi L-phenylalanine menjadi tyrosine. Katabolisme
phenylalanine dan aktivitas PAH umumnya berkaitan dengan organhati. Enzim PAH
pada manusia merupakan kombinasi tetramer dan dimer, monomernya terdiri atas
452 asam amino dengan berat molekul 50 kDa. Aktivitas enzim PAH memerlukan BH4
sebagi kofaktor dan melalui fosforilasi. Domain katalitik yang terdiri dari 26
atau 27 asam amino berfungsi dalam pengikatan kofaktor dan ion ferri. Domain
C-terminal diperkirakan berhubungan dengan pengikatan inter subunit.
4. Klasifikasi
Phenylketonurea
Phenylketonuria
diklasifikasikan berdasarkan beratnya phenylalaninaemia.
Nilai normal phenylalanine darah adalah 50-110 μmol/L, beberapa rujukan
menganggap kadar kurang dari 180 μmol/L masih dianggap normal. Klasifikasi
dapat juga dibuat berdasarkan toleransi diet phenylalanine tetapi tidak
selalu mudah dan akurat. Tes toleransi ini biasanya tidak lebih dari 250mg/hari
pada PKU klasik, sedangkan pada PKU ringan (mild) atau sedang (moderate),
toleransi phenylalanine dapat berkisar antara 250 hingga 400 mg/hari.
Kadar
phenylalanine biasa dilaporkan dalam mg/ dL. Pasien PKU ringan, sedang dan klasik semuaya
memiliki kadar phenylalanine darah ≥10mg/dL tanpa pembatasn diet. Pada
bayi PKU, diet rendah phenylalanine mulai usia 3 minggu diharapkan
mempertahankan kadar phenylalanine antara 3 hingga 10mg/ dL , karena
dianggap kadar dibawah 10mg/
dL tidak merusak otak. Terdapat perbedaan pendapat mengenai kadar
phenylalanine yang diperlukan untuk mengoptimalka perkembangan bayi normal, ada
yang menganggap kadarnya harus dipertahankan kurang dari 6mg/ dL, yang lain
menganggap kadar dibawah 10mg/
dL sudah cukup. Rekomendasi kadar phenylalanine yang perlu dipertahankan dan
pada usia berapa pembatasan diet dapat diakhiri masih berbeda-beda diantara
negara-negara Eropa dengan Amerika Serikat.
5.
Gejala Phenylketonurea
Bayi
yang baru lahir dengan fenilketonuria awalnya tidak memiliki gejala apapun.
Tanpa perawatan, bayi yang mengidap kelainan ini akan muncul tanda-tanda dalam
beberapa bulan. Secara umum gejala ringan maupun berat dari Fenilketonuria
gantara lain:
· Mental retardation
· Perilaku atau
masalah-masalah sosial
· Kejang, tremor atau
gerakan yang menghentak di lengan dan kaki
· Hiperaktif
· Pertumbuhan terhambat
· Ruam kulit (eksim)
· Ukuran kepala kecil
(microcephaly)
6.
Perawatan Phenylketonurea
Pengobatan Fenilketonuria adalah diet ketat dengan
sangat terbatas asupan fenilalanin, yang kebanyakan ditemukan dalam makanan
yang kaya protein. Jumlah yang aman fenilalanin berbeda untuk setiap orang.
Dokter akan menentukan jumlah yang aman melalui diet teratur meninjau catatan, grafik
pertumbuhan dan kadar fenilalanin. Tes darah sering dapat membantu memantau
jumlah fenilalanin.
7.
Pengaturan asupan protein
Penderita
PKU mempunyai kesulitan untuk metabolisme fenilalanin, namun asam amino
pembentukan protein ini mutlak diperlukan bagi tubuh, sehingga harus tetap
dikonsumsi sampai batas yang diperlukan oleh tubuh, sehingga kadarnya dalam
darah tidak berlebih. Pengaturan asupan protein (diet) yang segera dilakukan
pada minggu-minggu pertama kehidupan akan membuat perkembangan otak bayi tetap normal.
Pengaturan ini harus tetap dilakukan dengan ketat selama masa tumbuh kembang
anak (0-2 tahun).
Untuk bayi < 4 bulan dapat diberikan: Susu
rendah fenilalanin secukupnya dilanjutkan dengan ASI sesuai keinginan bayi.
Untuk usia >4 tahun bulan dapat diberikan: Makanan
padat secara bertahap sesuai dengan perkembangan usianya.
Makanan yang sebaiknya dihindari adalah: susu
biasa, keju, telur, daging, ikan dan makanan-makanan lain yang mengandung
protein tinggi serta mengandung pemanis buatan.
Kontrol kadar fenilalanin secara teratur
Usia 0-3 tahun : tiap minggu atau 1x / 2 minggu
Usia 3-7 tahun : 1x / 2 minggu
Usia >7 tahun : 1x / bulan
Daftar Pustaka
Suryo. 2005. Genetika Manusia.Yogyakarta: UGM Press
Fauziyah, Begum. 2012. Analisis Kualitatif Fenilalanin Secara
Chromatography Kertas dan Cromatography Lapis Tipis. Malang:UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Kurniawan, LB. 2015. Patogenesis, Skrining, Diagnosis, dan
Penatalaksanaan Phenylketonurea. Makasar:Universitas Hasanudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar