PERCOBAAN 3
PENGARUH
CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORBSI OBAT
A.
Tujuan
Mengenal,
mempraktekkan, dan membandingkan cara-cara pemberian obat terhadap kecepatan
absorbsinya, menggunakan data farmakologi sebagai tolok ukur.
B.
Dasar Teori
Obat merupakan semua zat baik
kimiawi, maupun nabati yang dalam dosis sesuai dapat menyembuhkan, meringankan,
atau mencegah penyakit begitu gejalanya. Beberapa obat dapat menimbulkan efek
samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang yang berbahaya bila
tidak tepat pemberiannya. Rute pemberian obat dipengaruhi oleh sifat obat,
kestabilan obat, tujuan terapi, kecepatan absorbsi yang diperlukan dan kondisi
pasien.
( Nasif
dkk,2013)
Absorbsi yaitu pengambilan obat dari
permukan tubuh kedalam atau sistem pembuluh darah. Kecepatan absorbsi dan koefisien absorbsi bergantung pada faktor
dibawah ini :
-
Sifat fisikokimia bahan obat
-
Besar partikel dan jenis permukaan
-
Sediaaan obat
-
Dosis
-
Rute pemberian dan tempat pemberian
-
Nilai PH dalam darah yang mengabsorbsi
-
Besarnya luas permukaan yang mengabsorbsi
( Anief, 2007)
Fenobarbital
merupakan senyawa organik pertama yang digunakan dalam pengobatan antikonvulsi.
Kerjanya membatasi penjalaran aktivitas bangkitan dan menaikan ambang rangsang.
Efek utama barbiturat ialah depresi SSP. Efek hipnotik barbiturate dapat
dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan dosis hipnotik. Mula kerja bervariasi
antara 10-60 menit, bergantung pada zat serta formulasi sediaan dan dihambat
oleh adanya makanan di lambung.
( Ganiswara, 1995)
Resorpinya di
usus baik (70-90%) dan lebih kurang 50%
terikat pada protein; plasma- T ½ nya panjang, lebih kurang 3-4 hari,
maka dosisnya dapat diberikan sehari sekaligus. Efek sampingnya berkaitan
dengan efek sedasinya, yakni pusing, mengantuk, ataksia, dan pada anak-anak
mudah terangsang. Dosisnya 1-2 dd 30-125 mg, maksimal 400 mg (dalam 2 kali);
pada anak-anak 2-12 bulan 4mg/kg berat badan sehari; pada statys epilepticus
dewasa 200-300 mg.
(Tjay dan Rahardja, 2006)
C.
Alat dan Bahan
Alat
-
Spuit injeksi dan jarum (1-2 ml)
-
Jarum berujung tumpul (sonde)
-
Sarung tangan
-
Stop watch
Bahan
-
Injeksi Luminal
Hewan Uji
-
Mencit
D.
Skema Kerja
|
Diperhitungkan
volume luminal yang diberikan dengan dosis 30 mg
|
|
Per Oral :
Melalui mulut dengan jarum tumpul
|
|
Subkutan
:
Disuntikkan sampai bawah kulit pada tengkuk hewan uji
dengan jarum injeksi
|
|
Intravena
:
Disuntikkan di vena ekor dengan jarum injeksi
|
|
Kontrol
:
CMC Na 0,5 % yang diberikan melalui mulut
|
|
Ditimbang
4 mencit satu per satu
|
|
Dibandingkan
hasilnya dengan uji statistik “analisa varian pola searah” dengan taraf
kepercayaan 95%.
|
|
Diamati
dan dicatat waktu hilangnya reflek balik badan
|
|
Dihitung
waktu onset dan durasi
|
Data
Pengamatan
E.
Data Pengamatan
|
No
|
Waktu
|
Onset
|
Durasi
|
||||
|
Cara
Pemberian
|
Pemberian
|
Reflek
Balik Badan
|
|||||
|
Hilang
|
Kembali
|
||||||
|
I
|
Oral
|
I
|
16.23
|
|
|
|
|
|
II
|
16.28
|
|
|
|
|
||
|
III
|
16.26
|
|
|
|
|
||
|
II
|
Intravena
|
I
|
15.27
|
|
|
|
|
|
II
|
16.08
|
|
|
|
|
||
|
III
|
16.12
|
|
|
|
|
||
|
III
|
Subkutan
|
I
|
15.59
|
|
|
|
|
|
II
|
16.06
|
|
|
|
|
||
|
III
|
16.07
|
|
|
|
|
||
|
IV
|
Kontrol
|
I
|
16.12
|
|
|
|
|
|
II
|
16.30
|
|
|
|
|
||
|
III
|
16.27
|
|
|
|
|
||
Data
Pengamatan Jurnal
|
Kelompok
|
Rute
Pemberian
|
BB (g)
|
Dosis
|
Larutan
Stock
|
Volume
Suntik
|
|
1
|
PO
|
23,1
|
1,89
|
8 mg
|
0,24 mL
|
|
2
|
SC
|
26,2
|
2,15
|
8 mg
|
0,13 mL
|
|
3
|
IV
|
23,12
|
1,89
|
8 mg
|
0,12 mL
|
|
Kelompok
|
PO
|
SC
|
IV
|
|||
|
Onset
|
Durasi
|
Onset
|
Durasi
|
Onset
|
Durasi
|
|
|
1
|
45,40
|
31,05
|
42,07
|
83,45
|
10,41
|
80,54
|
F.
Perhitungan
Dosis luminal
: 30 mg
Cstock
injeksi luminal : 100mg/ml
Konversi
Dosis
x 30 mg = 42 mg
42 mg x 0,0026 =
0,1092 mg / 20gram BB mencit
D37,3 =
x 0,1092 mg =
0,2036 mg
Vp =
=
= 0,002 mL
(dibuat pengenceran
100x jadi Cstock 1 mg/ mL)
Cstock oral :
:
: 0,2184 mg
Koreksi Cstock :
x 30 mg = 2,083 MG
Vp37,3 =
= 0,20
mL
Vp33,8
(p.o) =
= 0,0888 mL
~ 0,1 mL
Vp27,5
(i.v) =
= 0,1501 mL
~ 0,2 mL
Vp28,4 (s.c) =
= 0,1550
mL ~ 0,2 mL
Vp33,3
(kontrol) =
= 0,1818
mL ~ 0,2 mL
G.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini mempelajari
tentang pengaruh rute pemberian obat secara peroral, subkutan dan intravena
terhadap efek farmakologi obat dalam tubuh hewan uji (mencit). Mencit dipilih
karena memiliki struktur dan sistem organ yang hampir mirip dengan manusia,
serta proses metabolisme dalam tubuhnya berlangsung cepat. Sebelum digunakan
untuk uji, mencit harus dipuasakan terlebih dahulu, agar saluran pencernaanya
kosong. Karena jika ada makanan di dalam saluran pencernaan akan
mempengengaruhi proses absorbsi obat. Bahan yang digunakan adalah luminal / phenobarbital.
Sediaan injeksi luminal dibuat menjadi larutan stock 1mg/mL. Dosis yang
diberikan pada tiap mencit berbeda bergantung pada berat badannya. CMC Na 0,5 %
digunakan sebagai control negative.
Onset adalah waktu yang diperlukan mulai
dari obat diberikan sampai dengan menimbulkan efek. Sedangkan durasi adalah
waktu yang diperlukan mulai dari obat menimbulkan efek sampai dengan obat
tersebut tidak berefek lagi.
Dari hasil pengamatan hanya didapatkan
tanda-tanda mulainya luminal akan menimbulkan efek, tetapi belum diketahui
secara pasti onset dan durasinya. Pada kelompok 1 yang memberikan tanda
terjadinya onset adalah pemberian secara per oral, kemudaian intravena, disusul
dengan subkutan. Pada kelompok 2 pemberian secara per oral memberikan tanda
terjadinya onset terlebih dahulu, kemudian subkutan dan intravena. Pada kelompok
3 pemberian secara intravena, kemudian subkutan lalu per oral. Hal ini tidak sesuai
dengan hasil pengamatan berdasarkan jurnal, karena onset tercepat yaitu
pemberian secara intravena (10,41) dan yang paling lambat adalah pemberian
secara peroral (45,40).
Cara intravena yaitu cara pemberian obat
langsung masuk ke pembuluh darah, sehingga cara ini lebih cepat memberikan efek
karena tidak melalui proses absorbsi untuk masuk ke sistem sistemik. Subkutan
dilakukan dengan penyuntikkan dibawah kulit tengkuk mencit, karena pada daerah
subkutan memiliki suplai darah yang baik dari kapiler-kapiler dan pembuluh
limfa. Absorbsi subkutan lebih cepat dibandingkan dengan per oral dan memiliki
waktu durasi yang paling lama. Hal tersebut dikarenakan pada pemberian subkutan
tidak mengalami fase first pass sehingga tidak melalui saluran pencernaan dan
vena portal, sehingga absorbsinya berlangsung agak lambat dan konstan serta
efeknya bertahan lama. Sedangkan peroral memiliki waktu onset yang paling lama,
dikarenakan absorbsinya harus melewati epitel usus halus yang permukaannya luas
karena berbentuk vili yang berlipat dan lambung karena dindingnya tertutup
lapisan mukus yang tebal.
H.
Kesimpulan
-
Cara pemberian obat yang paling cepat adalah melalui
intravena.
-
Cara pemberian obat yang paling lama adalah melalui per
oral.
-
Berdasarkan perbandingan antara hasil praktikum dengan
hasil data jurnal dapat disimpulkan terjadinya kesalahan sehingga hasilnya
tidak sesuai dengan teori. Adapun beberapa kesalahan tersebut antara lain :
a.
Kesalahan penyuntikkan pemberian obat
b.
Faktor pengganggu lainnya, seperti keadaan mencit, sediaan
obat dan faktor lingkungan.
I.
Daftar Pustaka
Anief, Moh., 1990, Perjalanan dan Nasib Obat dalam Badan,
Gadjah Mada University Press, D.I
Yogyakarta
Ganiswara, Sulistia
G (Ed), 1995, Farmakologi dan Terapi,
Edisi IV. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Tjay,Tan Hoan dan K.
Rahardja, 2007, Obat Obat Penting, PT
Gramedia, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar